Rabu, 24 September 2014

Bishop of the Poor

Tahun 2008 ada sebuah peristiwa menarik di belahan Amerika Latin yang sempat menjadi topik besar dunia. Fernando Lugo, terpilih menjadi Presiden Paraguay setelah berhasil meraih lebih dari 43% suara. Lugo terkenal sebagai tokoh yang sangat berpihak kepada rakyat miskin dan tertindas. Namun bukan bagian itu yang menarik, sebab golongan "kiri" memang selalu ada di tengah pemerintahan tiran.

Sebelum terpilih menjadi presiden, Fernando Lugo adalah seorang uskup di Paraguay - Pemimpin rohani umat Khatolik. Lugo diusung untuk maju dalam pemilihan umum setelah mendapat keputusan dari Vatikan dengan meninggalkan jabatannya sebagai Uskup. Keputusan ini dipertegas oleh para pendukung Lugo yang mendesak Vatikan dengan memberikan dua pilihan - kehilangan seorang uskup atau kehilangan jutaan umat Khatolik di Paraguay. Ini salah satu hal yang menarik, bagaimana seseorang meninggalkan sebuah jabatan dan mengambil jabatan lain untuk kepentingan yang lebih besar. (1)

Terpilihnya Lugo sebagai presiden merupakan kabar baik untuk rakyat Paraguay, karena Lugo adalah sebuah harapan. Harapan untuk membebaskan rakyat Paraguay dari ketidakadilan. Harapan untuk membawa Paraguay ke dalam pemerintahan yang bersih. Harapan agar rakyat Paraguay bisa mendapat faedah dari kekayaan alam yang terkandung di dalam tanah Paraguay. Harapan, bahwa Lugo akan memimpin Paraguay menuju babak baru yang lebih baik, setelah sejak tahun 1947, Paraguay dikuasai oleh pemerintaan diktator dan korup. Seperti keseimbangan di dalam hidup, maka sebuah Harapan juga memiliki kebalikannya, yaitu kekhawatiran. kekhawatiran yang dirasakan oleh lawan-lawan politiknya, birokrat-birokrat korup, pengusaha hitam, dan kepentingan korporat asing yang menyedot habis kekayaan Paraguay. Kelompok-kelompok ini berdidi berdampingan yang berseberangan dengan kelompok-kelompok yang menaruh harapan.

Kelompok yang mewakili kekhawatiran ini mengakualisasikan perasaan mereka ke dalam sebuah aksi. Assassination. Skenario pembunuhan yang ditujukan terhadap Lugo dibuat. Rencana ini rupanya terdengar sampai ke telinga Lugo dan kelompoknya. Tiga hari sebelum pelantikannya sebagai Presiden, Lugo menyetir sendiri mobilnya untuk melarikan diri dan bersembunyi di sebuah biara. Rencana pembunuhan ini gagal dan Lugo berhasil dilantik menjadi Presiden. Kemenangan pertama untuk "Harapan". (2)

Berbagai manuver politik yang dituangkan di dalam kebijakan yang pro rakyat dibuat oleh Lugo. Rakyat dapat menikmati kekayaan alam yang mereka miliki. Namun kemenangan ini berujung dengan lengsernya Lugo setelah 4 tahun memimpin. Dan kembali, tirani menguasai Paraguay. (3)

Bila kita menarik benang sampai ke belahan bumi sebaliknya dari Paraguay, merupakan hal yang tenah terjadi di negara itu. Ada kesamaan yang terjadi di kedua negara itu. pertama, adalah seorang tokoh yang meninggalkan sebuah jabatan yang sedang diembannya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar (1). Lalu perjuangan itu menjadi sebuah kemenangan pertama dengan terpilihnya sang tokoh pembawa harapan perubahan sebagai presiden (2). Namun apakah hasil akhir dari pertandingan di negara ini akan berakhir sama dengan Paraguay? Tentunya bukan hasil itu yang diharapkan.

Rasanya penting untuk menengok ke samping dan ke belakang untuk belajar dari apa yang telah terjadi tanpa harus dialami. Paraguay adalah cermin nyata untuk berkaca sebelum siap berpesta.

Salam Harapan dan Perubahan…!!!

Pengikut